SEP Surabaya, Sentra Evangelisasi Pribadi

Renungan Kamis 14 Januari 2021.

Bacaan: Ibr. 3:7-14; Mzm 95:6-7.8-9.10-11; Mrk. 1:40-45.

Tetapi nasihatilah seorang akan yang lain setiap hari, selama masih dapat dikatakan “hari ini”, supaya jangan ada di antara kamu yang menjadi tegar hatinya karena tipu daya dosa. (Ibrani 3:13)

Ketika masih kanak-kanak, setiap malam menjelang tidur, ibu atau ayah selalu mendongeng tokoh-tokoh yang bisa menjadi panutan saya atau adik-adik saya. Dongeng merupakan salah satu teknik pembentukan karakter seorang anak. Isi cerita dan tokoh dongeng biasanya mengandung moral kebaikan, kepahlawanan, dan pembela kebenaran. Mendengarkan dongeng lebih menarik daripada mendengarkan nasihat seseorang untuk melakukan perintah Tuhan yang membutuhkan konsentrasi dan tenaga ekstra. Orang lebih mudah lupa akan nasihat yang diterimanya.

Dalam bacaan Injil hari ini ada dua peristiwa yang bisa memberikan pelajaran. Pertama, ketika orang yang sakit kusta datang kepada Yesus sambil berlutut memohon bantuan-Nya, ”Kalau Engkau mau, Engkau dapat mentahirkan aku.(Markus 1:40). Hati Yesus tergerak oleh belas kasihan, lalu Ia menjamah orang itu dan orang itu sembuh. Belajar dari cara orang kusta itu meminta bantuan, orang ini berkarakter lemah lembut, dia tidak berteriak-teriak, tidak memaksa Yesus, tetapi dengan berlutut tanda kerendahan hati dan dengan nada berharap, “Kalau Engkau mau…”. Dan Tuhan Yesus mengabulkan permohonannya. Kedua, pesan Yesus setelah orang itu tahir agar memperlihatkan dirinya kepada imam dan mempersembahkan persembahan bukti pentahirannya, tidak didengarkan dan tidak dilakukannya. Namun orang ini justru memberitakan dan menyebarkan kesembuhannya ke mana-mana. Hal ini juga sering kita lakukan ketika mengalami kelepasan dari suatu persoalan, dengan gembira dan sukacita kita menceritakan kepada siapa saja yang kita jumpai. Kita lupa akan pesan yang disampaikan Tuhan Yesus bahwa kita harus tetap mendengarkan suara Tuhan dalam situasi dan kondisi apapun serta langsung bersyukur kepada Tuhan setelah menerima rahmat pertolongan-Nya.

Begitu pula ketika kita ingin tetap menjadi milik-Nya. Surat kepada orang Ibrani dengan keras mengingatkan agar dengan hati terbuka dan memohon penerangan Roh Kudus, kita mendengarkan suara Tuhan yang menuntun pada jalan yang dikehendaki-Nya. Agar iman kepercayaan kita semakin diteguhkan dan karakter kita seperti Tuhan Yesus, lemah lembut dan berbelas kasih. Sehingga kita tidak tersesat dan murtad oleh tipu daya dosa dan dunia, melainkan menikmati bagian yang telah dijanjikan oleh Yesus Kristus Tuhan kita.

Doa:

Syukur dan terima kasih Tuhan, kami mau belajar rendah hati dan mendengarkan suara-Mu. Kami mau melakukan kehendak-Mu dalam kehidupan kami agar kami mempunyai karakter seperti Engkau hingga kelak kami boleh masuk ke tempat istirahat-Mu. Amin.  (ECMW)

×