SEP Surabaya, Sentra Evangelisasi Pribadi

Renungan Rabu 11 April 2018

Bacaan: Kis. 5:17-26; Mzm. 34:2-3,4-5,6-7,8-9; Yoh. 3:16-21

MENGALAMI KASIH SEJATI

Keselamatan adalah prakarsa Allah atau inisiatif dari Allah sendiri, sebab manusia berdosa tidak akan pernah dapat menyelamatkan dirinya sendiri dari belenggu dosa. Terbelenggu dosa mengakibatkan manusia memiliki kecenderungan melakukan perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan (hidup dalam daging). Namun apa yang menyebabkan manusia menjadi istimewa di mata Allah sehingga Ia berinisiatif menyelamatkannya?  Alasan utama adalah kasih.

Kasih yang bagaimana? Dunia mengenal kasih tapi bukan kasih yang sejati, melainkan kasih yang bersyarat.  Banyak orang berkata, “Aku mengasihi kamu karena kamu mengasihi aku. Aku akan berbuat baik kepadamu karena selama ini kamu berbuat baik padaku.” dan sebagainya. Prinsip dunia: mengasihi setelah memperoleh imbalan; memberi setelah menerima. Itulah praktik kasih menurut pola dunia. Jadi, di manakah kita dapat menemukan kasih yang sejati itu? Kasih sejati timbul atau berasal dari sumber kasih itu sendiri yaitu Allah. Kasih sejati yang dimaksud bukan sekedar luapan emosi, tapi merupakan suatu pribadi. Jadi kasih itu bukanlah sekedar sifat atau bentuk emosi tertentu dari Allah, tetapi kasih adalah keberadaan Allah itu sendiri yang dinyatakan secara total melalui pengorbanan Yesus Kristus di atas kayu salib, mati untuk menebus dosa kita. Ada tertulis: “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.” (Yoh. 3:16).

Bagaimana supaya kita dapat mengalami atau hidup di dalam kasih Tuhan? Dikatakan demikian: “Jikalau kamu menuruti perintah-Ku, kamu akan tinggal di dalam kasih-Ku, seperti Aku menuruti perintah Bapa-Ku dan tinggal di dalam kasih-Nya.” (Yoh. 15:10). Untuk dapat hidup di dalam kasih Tuhan kita harus menuruti perintah Tuhan dan taat kepada kehendak-Nya. Kasih itu adalah bukti iman kita dan selalu berkaitan dengan ketaatan dan pengorbanan. Kasih akan kehilangan makna esensialnya bila tidak disertai dengan ketaatan dan pengorbanan. Tidak sedikit orang Kristen pada awalnya tampak antusias dalam melayani Tuhan, begitu dihadapkan pada tantangan, gregetmereka dalam melayani menjadi surut dan akhirnya mereka pun mundur dari pelayanan. Mengapa? Persoalannya mungkin bukan karena gengsi, bukan karena status atau jabatan, tetapi jangan-jangan persoalannya adalah bahwa kita tidak sungguh yakin (percaya) bahwa Tuhan  mengasihi kita. Sudahkah kita mengalami kasih sejati? Ia sudah lebih dahalu mengasihi kita  dan kalau kita sungguh membuka hati kepada-Nya, kita akan digerakkan untuk mengasihi atau melayani sesama kita.

Sahabat, demikianlah kasih haruslah menjadi cara hidup kita anak-anak Tuhan.  “…jadilah penurut-penurut Allah, seperti anak-anak yang kekasih dan hiduplah di dalam kasih, sebagaimana Kristus Yesus juga telah mengasihi kamu dan telah menyerahkan diri-Nya untuk kita sebagai persembahan dan korban yang harum bagi Allah.” (Ef 5:1-2). Kasih adalah karakter yang bernilai mutlak: kasih kepada Tuhan dan kepada sesama manusia. Kasih kepada Tuhan diwujudkan dengan cara kita menuruti firman-Nya dan mengasihi sesama kita.  Mengasihi sesama dapat dilakukan dengan cara melakukan yang baik kepada orang sekitar kita, termasuk kepada musuh sekalipun, sebagaimana kita inginkan orang lain perbuat kepada kita (Mat. 7:12). Orang yang mengalami kasih sejati pasti akan mencintai Tuhan di segala waktu dan menempatkan perkara rohani lebih dari perkara apa pun yang ada di dunia ini.

Bagaimana dengan kita?

Semoga Tuhan memberkati. (FHM)

Hasil gambar untuk true love from jesus john 3:16

×