SEP Surabaya, Sentra Evangelisasi Pribadi

Renungan Sabtu 18 Juni 2016

Bacaan: 2Taw. 24:17-25; Mzm. 89:4-5,29-30,31-32,33-34; Mat. 6:24-34

Siapakah dari kita yang bisa mengatakan bahwa kita tidak pernah memiliki kekuatiran? Apapun temperamen kita, pasti suatu saat kekuatiran melanda pikiran kita. Manifestasinya bermacam-macam; orang yang tenang hanya akan terlihat lebih diam, sedangkan orang yang mudah panik akan tampak lebih gelisah dan mendapati segala jadi serba salah.

Apa yang dikuatirkan? Juga bermacam-macam. Saat jatuh tempo pembayaran, padahal uang belum ada; anak yang masih mencari sekolah di jenjang yang lebih tinggi; anggota keluarga yang sakit; melepas anak dalam kehidupan rumah tangga; mempersiapkan suatu peristiwa besar. Semua ini bisa membuat seseorang mengalami kekuatiran yang menyesakkan.

Sebetulnya apa pangkal kekuatiran itu? Biasanya kita kuatir karena bayangan kita sendiri. Pikiran kita yang “bijak dan cerdik” ini membuat kita meramalkan kesulitan-kesulitan yang bisa terjadi dan kita menjadi sangat cemas seakan-akan hal itu sudah atau pasti terjadi.

Seperti yang dikatakan di Mat 6:27 “Siapakah di antara kamu yang karena kekuatirannya dapat menambahkan sehasta saja pada jalan hidupnya?”Apakah faedahnya kekuatiran itu?

Penyebab lain kekuatiran yang berkepanjangan adalah iman akan penyelenggaraan Tuhan yang kurang berakar. Kita merasa Tuhan tidak mungkin mengurusi sekolah anak kita, Dia juga bukan pengangguran yang bisa kita repotkan dengan detail-detail peristiwa besar yang akan kita hadapi. Seringkali bagi kita, Tuhan adalah Tuhan yang sungguh tak terjangkau, seperti kita tidak punya harapan untuk dapat bercakap-cakap santai dengan Presiden Jokowi.

Tetapi Yesus berkata lain. Dia meyakinkan kita akan kepedulian Bapa akan segala yang terjadi dalam hidup ini. Seperti seorang ayah yang tahu sepatu anaknya sudah lepas dan harus diganti, Bapa tahu kapan kita membutuhkan sesuatu dalam hidup kita.

Yesus menambahkan, “Carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya, maka semua itu akan ditambahkan kepadamu” (Mat 6:33).

Yesus mengajarkan pada kita jangan berfokus pada kesulitan kita saja, berfokuslah pada Allah, Sang Penyelenggara kehidupan. Dia meminta kita untuk terus melakukan apa yang Dia kehendaki, melakukan tugas-tugas kita untuk membesarkan Kerajaan Allah, tetap menolong sesama yang juga sedang dalam kesulitan. Sementara itu, yakinlah, Tuhan tahu kesulitan yang kita hadapi; Dia yang akan bertindak membereskan urusan kita.

Seorang komandan suatu angkatan memberi tugas kepada seorang anak buahnya. Pada saat anak buah ini bertugas, sang komandanlah yang akan menjaga keluarga anak buahnya. Ibu si anak buah jatuh sakit dan harus dirawat di rumah sakit, istrinya sedang hamil; komandan ini datang sendiri ke rumah anak buahnya dan mengatur segalanya sampai anak buahnya pulang bertugas. Dia berkata, “Saat anak buah dinas, komandanlah yang bertanggung jawab atas keluarga yang ditinggal.”

Demikianlah juga Tuhan kita. Bila kita lakukan tugas kita bagi Kerajaan-Nya, Dia tidak akan membiarkan kepentingan kita terlantar. Bukankah Dia sangat menghargai anak-anak kesayangan-Nya?

Serahkanlah kekuatiranmu pada Tuhan. Dia lebih ahli membereskannya.

HCLK

 

 

×