SEP Surabaya, Sentra Evangelisasi Pribadi

Renungan Rabu 6 April 2016

Bacaan: Kis. 5:17-26; Mzm. 34:2-3,4-5,6-7,8-9; Yoh. 3:16-21

Kiranya amat baik, kalau kita semakin hari semakin berani mengakui bahwa Allah itu kasih sehingga kita juga semakin percaya kepada-Nya. Kasih Allah tidak sebatas jiwa pedagang yang melihat segala sesuatu dalam
perhitungan untung rugi. Sebab, jika Tuhan mengingat-ingat kesalahan manusia, siapakah dapat bertahan di hadapanNya?

Allah adalah kasih! Karena itu melalui Injil hari ini (Yoh 3:16-21) kita semua diingatkan akan cinta Allah yang begitu besar, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.

Ditunjukkan bahwa keselamatan adalah kehendak Allah. Allah memegang peran penting dan menentukan keselamatan manusia. Dengan berbagai cara Allah hadir di tengah-tengah kita dan menyatakan cintaNya. Ia ingin menyelamatkan manusia, walau manusia sering berbuat dosa. Namun, karena Allah yang begitu rindu agar umat manusia, ciptaanNya beroleh keselamatan, sementara manusia tidak dapat menyelamatkan dirinya sendiri, maka
Allah tidak ragu-ragu untuk mengutus PuteraNya yang tunggal.

Tentu kita mampu memahami arti penyerahan Sang Putera dan misi-Nya di tengah dunia. Bila manusia saja bisa mencintai tanpa syarat, apalagi Allah. Karena itu, dengan cinta yang sama, kita menjadi lebih kuat menghadapi cobaan hidup. Kita tidak mudah menyerah dan berputus asa. Sikap demikian akan membuat cinta Allah tumbuh subur dalam diri kita, serta perbuatan kita sehari-hari dilakukan dalam Allah. Selain itu kita juga mau mengalahkan kepentingan sendiri dan mengutamakan keselamatan orang lain. Itulah cinta.

Cinta mampu membuat manusia merasa damai dan bahagia. Cinta itu menyimpan kekuatan yang dahsyat. Dahsyatnya cinta membuat hidup lebih berarti bagi sesama.

LF

×